Ahlan Wa Sahlan! ^^

Assalamu'alaykum warahmatullah, terimalah sapaan tulus yang datang dari hati ini, Saudaraku. semoga salam ini yang menjadi saksi kita kelak dalam perjalanan menuju syurgaNya. Menembus ruang dan waktu... di pertemuan sesungguhnya setelah kematian bersama Sang Teladan sepanjang masa Rasulullah sholallahu 'alayhi wasalam; di telaga Alkautsar.

Selasa, 28 Desember 2010

Fajar di Batas Senja (Part 1)

kemarin baru saja bertemu dengan seorang sahabat satu jurusan. kami dekat. jika lebaran tiba, biasanya saya silaturahmi ke rumahnya. kebetulan kami sama-sama orang Yogya. bedanya dia asli Yogya. dari kecil hingga dawasa berada di Yogya sedangkan saya 'bajakan' Yogya (Ah, entahlah hal itu cukup merepresentasikan makna semiotis yang ingin saya gambarkn atau tidak) yang pasti saya lahir di Wonosari (mekipun akte-nya Bekasi) tetapi tinggal dan besar di Bekasi. yah, begitulah kira-kira singkatnya. kami dekat dengan berbagai macam perbedaan dan persamaan yang kami miliki. meskipun saya lebih tua darinya beberapa bulan tetapi dia lebih layak saya panggil Mbak. bukan apa-apa, bisa jadi karena tutur katanya terasa lebih dewasa bagi saya... Singkat cerita, sahabat saya itu meng-sms saya. dia mengajak ketemuan di kampus. katanya mau bertemu dengan saya (baca: Kangen hehe...). saya tentu saja menyediakan waktu untuk bertemu degannya. terlebih setelah ia menikah 3 bulan yang lalu. fiuh... berita itu sungguh masih jadi shock therapy untuk saya. entahlah, kalau boleh jujur, saya merasa ada bagian yang akan hilang dari diri saya. bahkan ketika berita itu sampai ke telinga saya. saya menangis. Sungguh, saya mengangis seperti anak kecil yang akan ditinggal ibunya. waktu itu ia mengabarkan melalui telepon. uum, antara terharu dan bahagia. antara takjub bercampur kesedihan. ketika itu saya hanya berpikir, "nggak mungkin kamu kan masih kecil?!?!" tapi itu konyol dan tidak akan merubah sama sekali prosesi pernikahan yang sudah disiapkan.
Sahabat saya itu sengaja meng-sms saya karena ia hanya beberapa hari saja di Yogya. mengambil data dan bertemu dengan Dosen Pembimbing Skripsi (DPS) lalu kembali lagi ke Cirebon. saya maklum, namanya juga seorang istri, jadi harus ikut Imamnya kemana saja dengan catatan tidak dilarang oleh syari'at. penelitiannya pun jadi harus dipindahtempatkan di Cirebon. siang itu kami bertemu, ini untuk yang kedua kalinya setelah sehari sebelumnya kami juga bertemu dan makan sup buah dengan mangkuk kecil kami pikir, MAHAL. bayangkan, satu mangkuk sup buah yang harganya Rp.5000,00 itu, isinya hanya ada pepaya dan nanas (he, lebay aja, biar terkesan mendramatisasi sebenarnya sih ada beberapa potong apel dan satu biji rambutan dengan daging rambutannya. itu saja yah itu. tentunya dengan kuah santan dan sirup plus susu juga es. lhoh, kok jadi kayak saya yang buat?!?!!). kembali ke jalan yang benar... akhirnya petemuan kedua itu bertempat di bawah pohon dekat dengan jembatan penghubung gedung kuliah dengan perpustakaan. saya menuggu cukup lama disana. sampai akhirnya dia datang dengan wajahnya yang berbinar.
dia meminta maaf karena sms saya baru diterima beberapa menit yang lalu (padahal sms itu saya kirim beberapa menit yang lalu juga, yakni sekitar 146 menit yang lalu). lalu dia mengelurkan satu bungkusan makanan dari tasnya. katanya itu untuk saya. Rengginang khas Cirebon rasa jagung bakar (Ok, baiklah...sepertinya enak). rengginang itu memang langsung saya santap bersama teman-teman yang kebetulan juga ada di sana. jadi, rengginang khas Cirebon rasa jangung bakar itu, berbentuk bulat dengan diameter sekitar 7cm, ketika di santap rasa bubuk jagungnya memenuhi mulut dan kres-nya dari si rengginang itu yang membuat nggak pengen berhenti makan. yuuum... (sebagai deskripsi saja untuk menguatkan imaji pembaca). saya memang belum makan dari pagi menyantap rengginang itu dengan lahap. sebenarnya sih, senggaja tidak makan karena menunggu dzhur dan bisa makan bersama sahabat saya itu. ternyata... takdir berkata lain. yah, Alhamdulillah, itu yang terbaik dari Allah. bisa jadi kalau kami makan. lauk dan nasinya yang bermasalah. entah kebanyakan atau kesedikitan. Wallahu'alam. husnudzon ilallah saja.


akhirnya siang menjelang ashr itu kami mencoba bercengkrama setelah 3 bulan terpisah... saya membuka percakapan tentang kehidupan barunya selama 3 bulan terakhir. dia bercerita banyak tentang masakan yang dia masak untuk suaminya. katanya suaminya itu suka sayur tetapi sayurnya harus baru. maksudnya setiap mau makan sayur yang dimasak harus sayur yang baru bukan sayur yang dihangatkan... fiuuh, masak tiga kali dong... iya katanya tapi di siang harinya ada bibi yang membantunya memasak. pernah satu ketika katanya, sahabatku ini masak tetapi bentuk masakannya kurang enak dilihat karena tahu suaminya agak rewel masalah makanan akhirnya sayur yang dibuak sahabatku itu dijadikan isi bakwan. yap dia jadi buat bakwan dengan sayur itu. alhasil seteah digoreng dan disediakan, kata suaminya "Enak." kata sahabatku kemudian "Yes." dia bercerita kepada saya dengan penuh semangat. di rumah dinas itu mereka tinggal berdua. dulu ketika masih awal-awal mereka masih tinggal bersama satu teman suaminya. sehabatku itu tidak nyaman. ya iya lah, kalian kan sudah menikah butuh privasi juga. akhirnya setelah diurus mereka bisa tinggal berdua.

di tengah percakapan kami,... saya sesekali mamandang rona wajahnya yang terlihat sangat bahagia. melihat gesture tubuhnya yang terbuka dan menyenangkan. saya senang tetapi hati ini kembali bertanya tentang kehidupannya yang tetap saja ada yang berubah. dia tidak lagi memikirkan dirinya sediri tetapi ada orang lain juga yang harus dan wajib ia pikirkan. masalah makanannya, perizinannya, kegiatannya, bahkan hingga hal-hal pribadi yang sifatnya ibadah sunnah kepada Allah seperti puasa pun tetap harus dikomunikasikan. dulu dia menjalankan shoum daud, entahlah sekarang ia masih menjalani shoum daud itu atau tidak. tetapi memang akhirnya ada sesuatu yang bernilai ibadah jauh lebih mudah dan banyak dalam statusnya sekarang. saya masih memandang wajahnya yang kecil itu. sahabat saya ini orangnya mungil, ternyata suaminya pun kecil juga. sampai-sampai tetangganya menyebutnya mas kecil dan mbak kecil.
 Disisi lain saya senang, ia bercerita tantang hal yang paling urgent ingin saya tanyakan kepada beliau. "Alhamdulillah chi, di sana juga ada Liqo gitu. aku kemarin akhirnya ikut sama ibu-ibu komplek." Senyum saya mengembang, Alhamdulillah dia masih paham tentang urgensi Liqo (baca:tarbiyah). oleh karena, hal inilah yang membuat saya deg-degan ketika ia mengabarkan menikah. makanya ketika itu aya langusng bertanya "Ngaji nggak?" bukan apa-apa, saya nggak ridho kalau sahabat saya itu tidak mendapatkan yang lebih baik dari dirinya. meskipun saya sadar, saya bukan bagian inti dari keluarganya bahkan keluarga bsarnya. saya pun juga bukan Tuhan yang Maha Mengetahui segalanya. namun, hal itu menjadi peranyaan asasi untuk saya tanyakan kepada beliau. meskipun jawabannya tidak cukup memuaskan tetapi saya tsiqoh suami sahabatku itu mampu mengakselarasi dan istiqomah. amin (Awas kalau nggak?!?! hehehe...).

Akhirnya, sampai pada ujung percakapan kami, sahabatku pamit mau mencari bahan kembali di perpustakaan. yah manfaatknlah waktumu ukh...
saya menitipkan salam kepadanya untuk bapak, ibu, mas, dan adik-adiknya di rumah. tak lama dia tersenyum lalu mengatakan "Chi,... aku nggak pulang ke rumah." spontan mata saya menyipit, bibir saya mengatup. "Lho, trus kemana?" Sahabatku mengehela napasnya kemudian tersenyum "Aku kan pulang ke rumah mas(baca:rumah orangtua suaminya yang ada di Yogya)." Saya masih tidak paham. "Kok, bisa. maksudya apa?" Sahabatku kembali tersenyum "Gimana sih... kan kemarin (baca:pas ijab qobul) aku udah diserahin di sana....". hati saya berdesir... saya diam sejenak... Ya Allah, iya ya... dia sudah diserahkan di sana. di keluarga barunya. keluarga suaminya.

Pikiran saya menjelajahi masa depan, mencoba menembus ruang dan waktu... sepersekian detik imaji-imaji itu berkelebat sangat cepat. mendembus membran-membran memori saya. Saya... takut* tapi juga berharap*... ah, tidak ada yang tahu tentang masa depan kecuali Allah. Wallahu'alam.


Magowoharjo, 12 Maret 2010


*khouf dan roja' salah satu fithroh manusia dalam menjalani hidup di dunia karena Allah dengan penuh keoptimisan dan husnudzon kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar