Ahlan Wa Sahlan! ^^

Assalamu'alaykum warahmatullah, terimalah sapaan tulus yang datang dari hati ini, Saudaraku. semoga salam ini yang menjadi saksi kita kelak dalam perjalanan menuju syurgaNya. Menembus ruang dan waktu... di pertemuan sesungguhnya setelah kematian bersama Sang Teladan sepanjang masa Rasulullah sholallahu 'alayhi wasalam; di telaga Alkautsar.

Minggu, 26 Desember 2010

9 Naga; Don't judge the Book from it cover.

Dahulu sekali, saya lupa tepatnya kapan. Namun, begitulah kita 'dibelajarkan'. Tidak selamanya belajar dari kebaikan orang lain. terkadang kita juga dibelajarkan dari kejahatan. saya berbicara sebagai subjek juga sebagai objek. artinya, selama masih manusia saya bisa saja salah dan lupa. Kala itu sekitar tahun 2006, Film garapan Rudi Sudjarwo berjudul 9 Naga sudah mulai diputar hampir diseluruh kota besar di Indonesia. film dengan genre action ini bukan saya banget. terlebih saya juga bukan penggemar film. namun, entahlah kala itu jadi terjebak menonton karena sedang luang dan tidak ada tayangan yang lainnya. selain filmnya yang mengerikan karena tentang banyak adegan 'pukul-pukulan'-nya [maksudnya saling memukul bukan pura-pura memukul lho... hehe] disana juga ada scene pembunuhannya juga.. hah, memang mengerikan.   
Akan tetapi sebenarnya bukan itu yang saya hendak share-kan. terlalu berbahaya. adapun yang saya hendak share-kan, yakni sebuah puisi yang indah dan mengharukan. puisi ini merupakan bagian dari scene akhir penutup film ini. meskipun sebenarnya, sebagus apapun puisi ini jika tidak menonton dari awal tetap belum cukup mampu untuk memberikan cakrawala berpikir tentang horizon harapan dari inti film ini. oleh karena, semua memiliki benang merahnya. adapun puisinya, sebagai berikut; hehe...

Istriku Ajeng,
Manusia terkuat yang pernah ku kenal….
Terima kasih atas rumah terindah yang telah ku tempati….
Terima kasih untuk memberi maaf… sebelum aku meminta…
Terima kasih untuk bersabar… sampai aku tahu…
kalau hal-hal terbaik dalam hidup…
Tidak memerlukan uang…
Seperti suara mu yang selalu setia… menuntun ku…
pulang ke hati mu…
rumah ku yang terindah…

Suami mu, . . .
Marwan*)
 
Maaf, mungkin kata-katanya juga tidak puitis melankolis gimana gitu yak.. tapi, hehe saya sempet nangis lho menghabiskan menonton film ini. sedih karena tahu akhir dari kejahatan yang dilakukan oleh Marwan bertujuan untuk membahagiakan istrinya yang mengalami physical disability dan anak laki-lakinya. ternyat materi [uang, rumah, mobil] bukan mejadi parameter kebahagian manusia. sebab kebahagiaan seseorang adalah bila mana hidupnya tenang, sejahtera, dan tidak takut mengenai masa depan. sebab setiap orang sudah memiliki takdir dan rizkinya masing-masing.Maktub...^^ dan ternyata 'Penjahat' itu tetap mencintai istrinya dengan segenap jiwa meskipun sang istri tidak sempurna secara dzohir dan fisik. penjahat itu tetaplah suami dan ayah yang baik dan bertanggung jawab, meskipun caranya salah [baca:kurang tepat].
 
*hehe, gpp ya sekedar share aja. Semoga bisa diambil manfaatnya, meskipun sedikit* 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar